12

12| Mesej USIM TODAY emahami ilmu agama merupakan kewajipan atas setiap muslim dan muslimah. Rasulullah sallalahu ‘alaihi wassallam bersabda: M Bahana Fatwa Tanpa Ilmu 4 (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim] Menuntut ilmu merukan kewajipan atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah no:224, dan lainnya dari Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani] Dan agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Allah di dalam kitabNya, Al-Qur’anul Karim, dan disabdakan oleh rasulnya di dalam Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Allah dan Rasul. Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu: 1 Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah. Alloh Ta’ala berfirman: 2 Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah. Allah Ta’ala berfirman: Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu. Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi Rahimahullah berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman: Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116) Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain. Rasulullah sallalahu ‘alaihi wassallam bersabda: 3 Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33) Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah berkata: “Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Kerana di dalam ayat tersebut Allah memberitahu perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Dan berbicara tentang Allah tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393) 5 Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujuraat: 1) Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alimpun, orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari no:100, Muslim, dan lainnya) Hadith ini menunjukkan bahawa “Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias (membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Allah halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi Wa Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi) Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rohimahulloh berkata: “Ayat ini memuat adab terhadap Allah dan Rasulnya, juga pengagungan, penghormatan, dan pemuliaan kepadanya. Allah telah memerintahkan kepada para hambaNya yang beriman, dengan konsekuensi keimanan terhadap Allah dan Rasulnya, iaitu: menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah Allah dan Sunnah Rasulnya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar mereka tidak mendahului Allah dan Rasulnya, sehingga janganlah mereka berkata, sampai Allah berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai Allah memerintah”. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1) Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan. Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam: 6 Allah Ta’ala berfirman: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta untuk dipertanggungjawabkan. (QS. Al-Isra’ : 36) Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Allah Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36) .Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan. Syeikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami menyatakan: “Fashal: Tentang Haramnya berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa tentang agama Allah dengan apa yang menyelisihi nas-nas”. Kemudian beliau membawakan sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah di bawah ini: 8 Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim no:2674, dari Abu Hurairah) 7 .Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab. Oleh: Nurusshaadah Md Khair usimtoday@gmail.com Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. 5:44)

13 Publizr Home


You need flash player to view this online publication