15

TRADISI IMLEK BAGI ORANG KATOLIK (Diedit seperlunya dari tulisan Romo Vikjen, Samuel Pangestu Pr.) WARTA PAROKI T ahun baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi orang Tionghoa. Perayaan tahun baru lmlek sejatinya adalah perayaan untuk menyambut pergantian musim yakni dari musim dingin menuju ke musim semi. Musim semi identik dengan kehidupan karena selama musim dingin hampir semua kehidupan di alam mati, kini pada musim semi kehidupan itu dimulai kembali. Dengan merayakan Imlek, maka orang Tionghoa sejatinya merayakan kehidupan. Mereka juga pada akhirnya merayakan penghormatan kepada Sang Pemberi Hidup. Kehidupan baru selalu dipenuhi dengan sukacita. Kehidupan baru bagi orang Tionghoa berarti memiliki pengharapan baru. Pengharapan yang senantiasa dimohonkan adalah kebahagiaan, kesejahteraan, rejeki dan kesehatan. Secara garis besar tradisi yang dilakukan orang Tionghoa dalam merayakan Imlek antara lain: 1. Membersihkan rumah menjelang perayaan lmlek. 2. Melakukan ritual sembahyang /berdoa kepada leluhur pada hari sebelum perayaan Imlek. 3. Makan malam bersama seluruh keluarga pada malam menjelang perayaan lmlek, atau ada pula sebagian orang Tionghoa memilih melakukan Chia chay atau tidak menyantap makanan yang berjiwa (daging dll), yaitu suatu cara membersihkan diri dalam rangka menyambut tahun baru lmlek . 4. Bersembahyang di Klenteng /Vihara pada pagi hari perayaan Imlek. 5. Setelah beribadah, mereka tak lupa berbagi angpao atau sedekah kepada orang miskin/ papa yang datang ke Klenteng/Vihara tersebut. 6. Pada hari kedua Tahun baru Imlek biasanya mereka mengunjungi sanak-saudara, sahabat, handai taulan dan tetangga terdekat. Merayakan Imlek sebagai Orang Katolik Perayaan Imlek memiliki makna yang mendalam yakni sebuah perayaan akan kehidupan yang mencerminkan keagungan Allah sang Pencipta, dan keluhuran hidup serta martabat manusia dan alam ciptaan. Kita merayakan tahun baru Imlek dalam terang iman Gereja Katolik. Sebelum merayakan Imlek, orang Tionghoa melakukan ritual pembersihan rumah, agar rumah menjadi bersih sehingga nyaman untuk berkumpul bersama keluarga. Praktek ini hendaknya diberi makna lebih dalam oleh umat Kristiani yakni tidak hanya sekedar agar rumah nyaman untuk didiami namun juga nyaman untuk menjadi tempat kediaman Allah. Tempat kediaman yang nyaman bagi Allah di sini adalah batin manusia. Hal praktis yang dapat dilakukan adalah berdoa bersama keluarga untuk mengucap syukur atas pemeliharaan Tuhan sepanjang tahun, dilanjutkan pemercikan rumah dengan air suci yang dapat dilakukan oleh bapak keluarga (atau imam untuk pemberkatan rumah). Keluarga Tionghoa mengungkapkan kegembiraannya dengan berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama. Alangkah baiknya sebagai orang Katolik perayaan makan bersama ini diawali dengan doa dan mendengarkan Sabda Tuhan. Terlebih lagi pada hari pertama tahun yang baru, kita datang dan memohon kepada Allah agar menyertai kehidupan sepanjang tahun yang baru ini dalam perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi menjadi puncak perayaan kegembiraan dan syukur atas tahun baru Imlek. yang sangat indah dimana manusia menyandarkan hidup mereka hanya kepada Allah. Tradisi pay chia dan angpao hal itu masih dapat dilakukan. Pay chia menunjukkan tanda hormat bakti anak kepada orang tua. Maka pay chia dapat dilakukan dan sangat sesuai dengan ajaran Kristiani. Tradisi memberikan hongbao pun dapat dijalankan oleh orang Tionghoa yang telah percaya kepada Kristus. Prinsip hongbao adalah berbagi kebahagiaan dan rejeki. Oleh karena itu yang perlu ditanamkan adalah bukan besarnya uang yang diberikan, melainkan ketulusan hati untuk memberi kebahagiaan dan berbagi. Alangkah baiknya di dalam angpao tersebut juga orang tua memberikan selipan ayatayat Kitab Suci sehingga dapat menjadi bekal rohani bagi anak-anak mereka. Setelah berbagi hongbao di antara keluarga, sudah selayaknya kita juga berbagi kebahagiaan dan rejeki kepada sesama yang miskin dan menderita atau yang membutuhkan. (EFF) WARTA AMBROSIUS 15 Inilah ungkapan

16 Publizr Home


You need flash player to view this online publication