9

Releksi Teologis Dogma-dogma Maria (Bagian-2) “DOGMA VIRGINITAS MARIA (KEPERAWANAN MARIA)” Oleh: Herman F. Pangemanan D perumusan dogma oleh Gereja kesempatan ogma keperawanan Maria yang melahirkan Yesus merupakan dogma kedua yang dihasilkan bukan oleh keputusan konsili, melainkan oleh aneka pelbagai di yang dengan jelas menegaskan iman akan keperawanan Maria - Maria’s Virginal Conception of Jesus (Kathleen Coyle, Mary in the Christian Tradition, ibid., hlm. 26). Dasar dari aneka rumusan dogma Gereja itu sebenarnya bertumpu pada dogma utama tentang keesaan Ilahi dari Yesus di dalam Allah, yang dihasilkan konsili awal, yi: Konsili Nicea (325), Konsili Konstantinopel I (381), Konsili Efesus (431), dan Konsili Chalcedon (451). Rumusan-rumusan dogma Gereja menyatu dalam iman yang sama bahwa dengan keilahian dalam Yesus yang Maria melahirkan Yesus atas kuasa Roh Kudus tanpa campur-tangan benih lelaki (Luk. 1: 26-38; Mat. 1: 18-25). Matius dan Lukas memberitakan seluruh proses kelahiran Yesus dari Maria benar-benar tindakan Allah semata karena kemauan Ilahi yang ingin memberi rahmat dan keselamatan bagi manusia lewat Sang Mesias yang berasal dari hakikat-Nya sendiri. secara bulat oleh empat (a) Virginitas ante partum: Paham biblis bahwa Jesus lahir dari Maria oleh kuasa Roh Kudus tanpa peran manusia (benih suami: St. Yosef) benarbenar testimony para pengarang Injil. Testimony biblis itu mengandaikan bahwa keperawanan Maria ada dan berlangsung bahkan sebelum proses kelahiran Yesus. Testimony biblis tentang keperawanan Maria sebelum seluruh proses pelahiran Yesus itu dikenal di kalangan teolog biblis sebagai virginitas ante partum sebelum (keperawanan pelahiran). Artinya Maria diimani perawan sejak sebelum terjadinya pelahiran Yesus dan tetap perawan dalam perkawinannya dengan St. Yosef. Keperawanan Maria secara biologi ini diimani oleh hampir semua teolog (kecuali Tertullianus) maupun umat beriman sejak abad kedua hingga abad ke-18 semata-mata inisiatif Allah (yang rela menjadi Firman nyata dalam kedagingan Yesus), maka konsekuensinya adalah Maria benar-benar Bunda Allah, Sang Theotokos yang membawa kelahiran Sang Ilahi. Dari pengakuan iman ini, maka berkembang pandangan teologis baru di abad-abad pascaempat konsili awal itu, bahwa Maria yang mengandung dan melahirkan Yesus adalah tetap perawan (virgin) dalam seluruh proses itu. Dasar pengakuan iman ini bersumber dari testimony biblis sendiri yang menegaskan bahwa London: Geoffrey Chapman, 1974, (Raymond E. Brown, The Virginal Conception and the Bodily Ressurection of hlm. Jesus, 28). Iman Gereja ini diteguhkan oleh para teolog dan pemikir Gereja yang mendasarkan keperawanan Maria pada testimony dari para pengarang Injil. (b) Virginitas in partu: Literatur-literatur di luar iman Gereja lalu memberi masukan baru, bahwa keutuhan keperawanan Maria berkat inistiatif semata-mata Allah itu harus mengandaikan bahwa keperawanan Maria itu juga terjadi pada saat kelahiran itu sendiri. Mereka dengan ini memperluas dan mempertegas kekuatan makna keperawanan. Dan para teolog lalu menyebut ini IMAN KATOLIK WARTA AMBROSIUS 9

10 Publizr Home


You need flash player to view this online publication